Dari kejauhan dia tampak
seperti gubuk yang tingggal menunggu waktu untuk kerobohannya. Dia berusaha
berdiri kokoh diantara gubuk-gubuk yang lainnya. warna hijau bermelodi dengan
warna putih menyelimuti sisi-sisinya adalah warna yang sangat kental dengan
islam. Sisi depan terlukiskan sebuah simbol yang di atasnya tergores tulisan UKM LDK LDM UMI. Sebuah nama yang memiliki
sejarah yang sangat dekat dengan berdirinya gubuk itu. UKM LDK LDM UMI berdiri
pada tahun 1991 yang dipelopori oleh mahasiswa Tahfiz. Sebuah wadah diciptakan
untuk menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang tersadarkan akan perubahan haqiqi melalui
konsep islam kaffah.
Kehadiran UKM ini di
tengah-tengah kampus tidak jarang mendapatkan respon positif maupun negatif. Suara-suara
perubahan seringkali menjadi pertentangan hebat di antara yang berkeinginan
kuat untuk melakukan perubahan dengan yang tidak sama sekali. Mereka yang
menjadi pendukung dan sering memberikan pujian mengukur dari kegigihan yang
dilakukan oleh generasi-generasi LDK LDM yang istiqomah serta kekonsistennya
terhadap islam. Di sisi lain, mereka yang sangat pragmatis dengan problematika ummat tentunya memiliki pandangan yang negatif
terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang bergerak di dalamnya.
Satu kalimat yang selalu mereka kumandangkan yaitu “perubahan melalui sistem
demokrasi yang terjadi di Indonesia telah menuju ke puncak keemasannya jadi
tidak perlu terlalu mamaksakan untuk menjadikan hukum islam diterapakan di
Indonesia”. Sementara realita berbicara
lain dengan melihat kerusakan yang terjadi di segala lini kehidupan baik dari segi kesehatan, pendidikan,
ekonomi, politik dan pemerintahan. Sejak kemerdekaan jauh sebelum UKM LDK LDM
UMI berdiri, telah terlihat seperti apa yang sebenarnya terjadi. Singkatnya
misalnya di dunia pendidikan, semakin hari semakin banyak kerusakan-keruasakan
moral generasi-generasi yang duduk di bangku sekolah maupun kampus. Belum lagi
biaya pandidikan yang tiap tahun meningkat. Di dunia kesehatan telah tampak
bagaimana pelayanan tenaga kesehatan yang semakin hari semakin bersifat materialistik.
Di dunia ekonomi praktek riba terus meningkat, kemiskinan semakin bertambah
prevalensinya. Di dunia politik dan pemerintahan selalu menampakkan kebobrokan sistem yang
dipakai dimana kemudian semakin menjamurnya jumlah pelaku korupsi. Inilah
sekilas fakta yang menjadi alasan kuat dibutuhkannya sebuah perubahan yang
hakiki.
Fakta yang membendung
dimasyarakat menjadi peluru bagi pejuang-pejuang LDK LDM UMI. Dakwah adalah
senjata bagi mereka serta ideologi islam sebagai senternya. Sementara bergerak
tanpa kekerasan yang menjadi prinsipnya. Sungguh luar biasa organisasi yang
terbangun bukan hanya karena niat untuk berkumpulnya orang-orang tetapi mereka
yang menginginkan perubahan semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT. Sehingga
bergeraknya pun tidak abal-abal atau dipacu karena asas manfaat semata.
Gubuk yang hampir roboh tidak
menyurutkan semangat kader-kadernya. Gubuk ini menjadi tempat mereka
bermusyawarah tentang strategi perjuangan Islam. Di gubuk ini pulalah mereka
saling bertukar pikiran menangani pemecahan masalah yang ada baik masalah yang
bersifat umum maupun yang sifatnya pribadi. Subhanallah... persaudaraan yang
terjalin begitu erat hingga mereka seperti satu tubuh, jika ada salah satu
anggotanya yang sakit maka yang lainnya pun merasakan. Uniknya juga, meskipun
mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan dan memilki gubuk hanya satu tetapi
ternyata itu tidak menjadi sesuatu hal yang membuat mereka tidak membatasi
dirinya dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Mereka tetap pada prinsip bahwa
islam telah mengatur batas-batasan berinteraksi. Jika para anggota laki-laki
memiliki keperluan dengan gubuk maka berhak meminta izin kepada kelompok wanita
begitupun sebaliknya. Adapun jika mereka mengadakan rapat antar laki-laki
dengan perempuan maka mereka menggunakan hijab membentang membatasi hingga
tidak saling melihat. Lagi-lagi kondisi gubuk yang begitu sempit tidak
menyurutkan kegigihan mereka untuk konsisten pada aturan islam.
Aktivitas yang ada di dalam
organisasi ini terbagi menjadi empat bagian yakni bagian danus, opini, PPSDM dan pengkaderan. Keempat divisi
ini ada pada masing-masing kelompok laki-laki dan perempuan karena aktivitas
mereka terpisahkan. Semua anggota akan mendapat bagian dari setiap divisi ini
sehingga tidak ada anggota sama sekali yang terabaikan dan semuanya saling
mendukung. Anggota danus misalnya mengelola keuangan organisasi tidak jarang
meminta bantuan kepada anggota divisi lain untuk membantu baik ketika pada
kondisi minus ataupun kondisi kebanjiran dana. Suatu hal yang tidak bisa
dilupakan juga dari organisasi ini adalah berkat kekompakannya beberapa
acara-acara terselenggara secara berdekatan. Tiada bulan berlalu tanpa dibumbuhi
oleh beberapa agenda. acara yang dilaksanakan pun bermacam-macam, mulai dari
acara yang berskala kecil sampai ke acara-acara yang berskala besar. Contohnya
Seminar Kesehatan, seminar pendidikan, dialog intelektual, trining muslimah,
daurah muslimah, talk show, diskusi publik, trining kepenulisan, up griding,
Expo, pameran-pameran, dan kajian-kajian juma’at.
Kekompakan yang terbentuk selalu
mereka upayakan bertahan meskipun tidak bisa dipungkiri ada beberapa kesalahan
yang muncul dari organisasi ini baik dari organisasinya sendiri maupun para
anggotanya. Namanya manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan dan sifatnya
lemah tentu pernah khilaf. Namun hal inilah yang menjadikan Pembina mereka yang
biasa disebut sebagai “Kakanda” mengambil tindakan untuk mengevaluasi setiap
sekali seminggu.
Sebenarnya banyak kisah yang
belum diceritakan dalam naskah ini dan tentunya itu tidak mungkin, cukup hanya
Gubuk Perjuangan itu menjadi saksi atas aktivitas-aktivitas perjuangan dilakukan
oleh sebagian mahasiswa-mahasiswa UMI yang memiliki kesadaran penuh serta
ikhlas memperjuangkan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar