Sabtu, 05 Oktober 2013

PERASAAN YANG SEMPAT TERLUKISKAN

Aku teringat masa kecilku, masa dimana aku harus belajar keras untuk tumbuh dewasa. Di kampung aku yang tersembunyi di antara deretan pegunungan menjadi saksi bisu aku memulai karya kehidupan. Setiap pagi aku selalu bertanya pada mama, “ma...kapan aku bisa masuk sekolah?, oh iya lihat ma..aku sudah bisa menulis dengan baik”. Mama menjawab, “sabar yach nak sebentar lagi kamu pasti cukup umur untuk bisa masuk sekolah”. Mama selalu tertawa setiap kali aku bertanya karena ternyata tulisan yang aku berikan padanya adalah tulisan dengan huruf terbalik. Di ulang tahunku yang ke-8 aku mendapatkan pena kecil dan buku gambar hadiah dari ayahku. Aku gunakan kedua alat itu untuk melukiskan perasaanku ketika mengalami pristiwa-pristiwa tidak menyenangkan di sekolah. Di sekolah yang berada sekitar sepuluh meter dari rumahku, aku dengan teman-teman sepermainanku kadang menyempatkan diri untuk menulis impian-impian indah di helai daun-daunan pohon kembang sepatu milik warga di dekat sekolah. Teng...teng...teng...bunyi bell sekolah pertanda jadwal belajar selesai. Aku kecewa sepulang dari sekolah karena menyaksikan adik kecilku yang baru belajar merayap merobek-robek buku gambar kesayanganku. Rasanya hatiku seperti dirobek-robek seperti dirobek-robeknya buku gambarku. Karena tidak tahan akhirnya aku pun ngambek kepada semua orang-orang di sekitarku. Menginjak masa-masa remaja dimana aku selalu merasa aneh ketika berhadapan dengan teman-teman yang berlainan jenis denganku. Aku heran dengan perasaanku sendiri karena kadanng tiba-tiba marah, tiba-tiba sedih, tiba-tiba serius. Aku tidak ingin melewatkan kesempatan itu untuk menuliskan semua perasaanku di sebuah buku yang aku sebut-sebut sebagai “buku deary”. Buku deary itu menjadi teman curhatku sekaligus menjadi tempat aku belajar bagaimana menjadi sesosok manusia yang dikagumi manusia lainnya. Suatu hari buku dearyku hilang dari tumpukan buku-buku mata pelajaran sekolah. Dengan wajah yang penuh kepura-puraan, aku mendatangi rumah temanku dengan harapan rasa khawatir dengan terbongkarnya rahasia-rahasia di deary itu hilang dari benakku. Namun, fakta berbicara lain. Rumah teman yang aku datangi kudapatkan dearyku berserakan di antara buku-buku pelajarannya. Temanku tersenyum lebar melihatku sambil geleng-geleng kepala. Aku marah dalam hati, aku jengkel, aku takut, dan aku malu sekali hingga tanpa pamit akupun pergi dari rumah itu. Sejak itu aku bersumpah tidak akan pernah lagi menuliskan rahasia-rahasia perasaanku di dalam sebuah buku. Masa putih abu-abu adalah masa yang terunik dari semuanya. Sumpah yang selalu menghantuiku membuat aku terkurung dalam sebuah penjara impian. Aku harus menjadi orang yang tahan akan beban perasaan yang tak bisa terlukiskan dalam sebuah buku. Bertahan begitu lama aku berusaha tidak memuntahkan isi hatiku hingga tiba masanya dia bergejolak memaksaku untuk mengeluarkannya. Penyesalan paling berat kurasakan karena telah mengucapkan sumpah yang justru menyakiti hatiku. Aku melanggar sumpah itu dengan membukukan semua peraasaanku yang lama terpendam di dalam sebuah buku yang agak unik. Buku itu kembali kusebut sebagai buku deary namun memiliki ukuran yang kecil dan dibumbuhi dengan lukisan-lukisan sebagai deskripsi perasaan hati. Buku unik yang satu-satunya senjataku setia menemani hingga tiba di zona kebebasan. Semua orang berusaha menjadi petarung yang terbaik. Mereka masing-masing memiliki jurus-jurus andalan dan senjata-senjata unik untuk melawan. Menyaksikan orang-orang menjadi terbaik membuat aku panas. Suatu kalor yang dasyat muncul dari dalam hati telah membakar semangat jiwaku. Aku ingin bergerak menjadi petarung professional. Meskipun dalam perjalanannya telah aku ketahui akan menemukan beberapa kegagalan namun itu tdak akan menyurutkan niatku. Seseorang akan rugi besar jika dia mengorbankan waktunya sekian lama lalu kemudian mengakhirinya sesaat. Gelar Agen Of Change adalah gelar yang menjadi motivasiku. Aku tidak ingin menjadi penghianat di antara mereka yang membutuhkan. Perasaan-perasaan yang aku lukiskan dalam sebuah buku semoga dapat menjadi pengantar kepada mereka yang akan melakukan perubahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar