Selasa, 03 Desember 2013

ANGKUTAN 07

Dring...dring...dring, hp bordering hingga menggetarkan benda-benda di sekitarnya. Nada dering pertanda ada inbox masuk. Isi pesan dengan untaian kalimat ideologis menyerukan kepada para pejuang kebenaran agar berkumpul di lokasi yang akan menjadi saksi sejarah peradaban. Sebuah aksi damai dengan peserta komunitas perempuan alias tanpa laki-laki akan berlangsung di sekitar kampus merah tepatnya waktu Indonesia bagian tengah menunjukkan pukul 16.00.
Bersegeralah dia ke jalan raya menunggu mobil angkot kampus merah. Dia adalah salah satu akhwat yang bergerak di sebuah organisasi perjuangan menegakkan khilafah. Dengan costum biru-biru, dia tampak sangat percaya diri menunggu mobil yang akan membawanya ke tujuannya. Datanglah mobil angkutan kampus merah yang dijuluki oleh masyarakat kampus dengan nama angkutan 07. Terdengar suara dengan nada keras dari sopir angkot 07,”ujung dek?. Tanpa berpikir panjang si akhwat bergegas naik ke mobil dan mengambil tempat duduk di dekat pintu supaya lebih mudah untuk mengontrol jalan-jalan menuju kampus merah. Hp yang digemgamnya pun tak henti-hentinya bordering di atas mobil ditambah suasana sore yang cerah sedikit membuat ia gerah berada di dalam mobil. Tidak lama kemudian terdengar suara azan di mesjid-mesjid yang mengingatkan setiap kaum muslim untuk menunaikan salah satu kewajibannya sebagai hamba Allah sekaligus menunjukkan bahwa aksi setengah jam lagi dimulai. Dia merasa semakin lama berada di atas mobil dan jalur yang dilalui oleh mobil yang ia tumpangi terasa semakin berlawanan dengan arah dengan jalan menuju ke kampus merah, sementara dia harus menghadiri aksi tepat waktu belum lagi waktu shalat ashar sudah semakin molor. Dia mulai panik dan bertanya-tanya dalam hati apa yang salah sehingga dia begitu lama di perjalanan menuju ke tujuan padahal menurut informasi waktu yang dibutuhkan dari tempat ia menunggu mobil munuju kampus merah tidak terlalu lama alias hanya membutuhkan sekitar 20 menit jika mobilnya banyak jeda berhenti mengambil penumpang di jalanan. Ia melihat ke kiri dan ke kanan mobil, jalanan yang ditempuh mobil 07 tidak seperti biasanya. Dia berusaha berpikiran positif dengan menganggap bahwa jalur yang akan dilalui mobil 07 adalah jalur lain. Namun, ia sangat kaget ketika jalannya mobil mendekati kampus biru yang notabene kampus yang arahnya berlawanan dengan arah kampus merah. Penumpang lain telah banyak yang turun dari mobil hingga masih tersisa dua penumpang termasuk si akhwat itu. Ia baru tersadar jika ternyata ia salah jalur angkutan ketika sopir angkutan bertanya dimana arah tujuannya. Dengan wajahnya yang polos dia bertanya,”kampus toch kak?”. Si sopir kemudian menjawab sambil senyum-seyum,”oh, ke kampus lagi? tapi kita ke ujung dulu yaa dek, di sana kita baru belok ke kampus”. Seorang gadis cantik yang merupakan sisa penumpang yang belum turun ikut pula bertanya kepada dia,” ada apa kak? Kakak mau ke kampus merah yah? Kakak ikut aja lagi kembali ke kampus alias nda usah turun dari mobil”. Tidak lama kemudian si gadis itu meminta sopir untuk berhenti,”kiri...kiri...kak”. Akhirnya hanya tertinggal seorang diri si akhwat itu. Terlihat wajahnya yang kemerah-merahan, kerudungnya ia gulung-gulung kemudian ia gigit ujungnya. Ia merasa sangat malu di samping juga dia khawatir tidak bisa mengikuti aksi karena sudah sangat terlambat sekali. Tidak lama setelah mobil berbalik arah, jalan menuju kampus merah semakin tanpak jelas. Dengan terburu-buru dia bergegas turun dari mobil ketika melihat sebuah mesjid besar yang berdiri kokoh di samping pintu masuk kampus merah. Dia berlari menelusuri anak-anak tangga halaman mesjid menuju ke lantai dua dari mesjid tersebut. Namun dia kaget ketika mendengar suara seorang laki-laki yang memanggilnya sambil mengepukkan tangan,” kpak...kpak...kpak.. cewek...cewek...afwan tempatnya akhwat bukan di lantai dua tapi di lantai bawah”. Kedua kalinya dia merasa malu, dua kejadian yang membuat dia seperti orang yang sedang mencari alamat. Setelah shalat ashar di lantai bawah mesjid, dia kemudian bersegera menuju ke lokasi aksi meskipun sudah sangat telat sekali. Rasa malu, kaget, khawatir tiba-tiba melayang dan menghilang terbawa angin ketika menyaksikan berjejeran wanita-wanita berjilbab dan berkerudung memegang poster-poster yang berisikan banyak kata-kata menggugah sementara yang lainnya sibuk berorasi di tengah-tengah jalan umum kendaraan kampus. Perjalanan yang sungguh luar biasa yang hampir mengendorkan niat si akhwat itu namun ia tetap semangat karena ia yakin bahwa tidak ada hal yang sia-sia ketika berusaha untuk berjuang demi kejayaan agama Allah.
Kegigihan dalam mancari sebuah kebenaran tidak akan menyurutkan semangat seseorang meskipun banyak rintangan yang mengahalangi. Kegigihan tanpa tujuan yang jelas menjadi suatu hal yang mengambang. Tujuan yang jelas namun dijalani dengan hati yang sombong akan membuat si petualang tersesat dari tujuan yang sebenarnya. Rasa sombong pada diri manusia dapat membuat manusia itu tidak sadar akan keberadaannya sebagai makhluk yang lemah, sangat terbatas dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Nama-nama yang tercatat dalam sejarah karena prestasinya tentunya mereka awalnya adalah nama-nama yang tidak sama sekali dikenal. Namun, karena mereka yang memiliki kerendahan hati hingga tidak merasa malu untuk bertanya dan bertanya sampai terpuaskan akalnya. Bertanya merupakan senjata canggih untuk seorang pencari kebenaran. Berjalan di permukaan bumi memang butuh kehati-hatian serta membutuhkan keberanian yang kuat. Fokus dengan tujuan hidup seharusnya disadari para petualang kehidupan Karena hidup hanya sekali dan takkan terulang lagi. Oleh karena itu, kalimat terakhir “Bertanyalah agar kamu tidak tersesat di dunia”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar