Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Sulsel jumlah penderita HIV-AIDS di Sulsel melaju tinggi dari 4.583 di
2012 menjadi 7.147 orang hingga September 2013. Makassar sebagai ibu kota
provinsi menjadi raja dengan penderita sebanyak 5.817 orang disusul Parepare
383, Gowa 124, Bulukumba 113 dan Palopo di urutan kelima sebanyak 75 orang. Berdasarkan
kelompok umur 60 % pengidap HIV dan AIDS berumur 25 – 49 tahun, 29% berumur
15-24 tahun. Sedangkan modus penularan melalui hubungan seksual beriseko 78,8%,
pengguna jarum suntik 12,2%, tranfusi darah 5,7% dan dari ibu ke anak 3,3%.
HIV/AIDS telah merenggut banyak korban
khususnya kaula muda, sementara di sisi lain tidak ada solusi yang mengakar
bisa memberhentikan laju penderita HIV/AIDS baik di dalam Negeri maupun dalam
skala global. Wacana penurunan tingkat penderita HIV/AIDS hanyalah penipuan
belaka. Buktinya HIV/AIDS masih
bergentayangan dan menghantui semua masyarakat.
Umumnya orang-orang berpikir penyakit ini tidak ada obatnya sehingga mereka
lebih memilih diam ketika di sekeliling mereka berkeliaran ODHA (orang dengan
HIV/AIDS). Padahal HR. Muslim jelas-jelas menyatakan bahwa semua penyakit pasti
ada obatnya kecuali kematian. Jadi intinya HIV/AIDS juga ada obatnya, hanya
saja itu disembunyikan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk dijadikan ladang
bisnis (refrensi: Deadly Mist). Akhirnya dikabarkan kepada seluruh dunia hanya
pencegahan yang dapat dilakukan dan tidak bisa dengan pengobatan. Muncullah solusi
pemakaian Kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Sejak tahun 2007 pamerintah bersama Menkes
gencar mengadakan PKN (pekan kondom Nasional) yang dirangkaikan dengan pembagian kondom
gratis ke semua lapisan masyarakat. Solusi tidak nyambung dengan masalah yang
terjadi. Bagaimana mungkin berharap kondom menyelesaikan persoalan HIV/AIDS
sementara akar masalahnya adalah free sex yang sejatinya bersumber dari
aktivitas pergaulan bebas. Menawarkan kondom sama halnya melegalkan free sex
apatah lagi kondomnya sampai ke tangan-tangan pemuda-pemudi yang belum menikah.
Islam memandang hal ini adalah bahaya besar bagi masa depan generasi bangsa.
Masalah HIV/AIDS yang hari ini masih
menjadi perdebatan hebat tidak berujung selesai karena solusi yang digunakan
juga tidak sesuai. Penularan virus HIV/AIDS dari pelaku-pelaku sex bebas
disebabkan pergaulan bebas yang seolah-olah difasilitasi di negeri ini. Produk-produk
Barat yang berbau pergaulan bebas masuk ke negeri-negeri kaum muslim. Islam
mempunyai solusi preventif dan kuratif untuk memberantas pergaulan bebas. Perintah
menutup aurat bagi kaum wanita sejak ia baliq, larangan berkhalwat, larangan
berikhtilat sampai larangan melakukan zina adalah merupakan upaya pencegahan
dari pergaulan bebas. Kemudian upaya kuratif berupa hukum cambuk 100 kali bagi
pelaku zina yang belum menikah dan hukum rajam bagi yang sesudah menikah. Upaya
kuratif inilah yang tidak berlangsung sampai hari ini karena tidak adanya
sebuah institusi yang bisa menerapkan syariat islam secara kaffah. Sehingga
harusnya untuk menyelesaikan hingga ke akar-akarnya maka diupayakan mengadakan
sebuah Negara dalam kepemimpinan seorang Khalifah yang bisa menerapakan syariah
itu secara sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar