Selasa, 03 Desember 2013

SYEIKHUL ISLAM TERAKHIR KHILAFAH

Syeikhul islam lahir pada tanggal 12 rabiul awal 1286 H/1869 M di kota Tokat yang terletak dikawasan Anatolia, aut hitam, Turki. Ia berasal dari keluarga yang mencintai ilmu sehingga tidak aneh ketika usianya menginjak sepuluh tahun, sudah hafal seluruh ayat Alquran. Kehadiran syeikhul islam di istambul telah menjadi perhatian para ulama di masa itu disebabkan oleh kecerdasan pikiran, kebijaksanaan dan kekuatan daya hafalannya. Maka tak ayal, meski usianya baru menginjak12 tahun, ia sudah diangkat menjadi salah seorang tenaga pengajar di mesjid Sultan Muhammad Al Fatih. Tempat tersebut saat itu merupakan “perguruan tinggi” yang terkenal sebagai institusi keilmuan Khilafah Utsmaniyyah. Syeikhul islam juga pernah bertugas di perpustakaan milik khalifah Sultan Abdul Hamid II(menjabat khalifah sejak 1876-1909). Pada tahun 1908, ia menjadi wakil rakyat dan duduk di majelis umat khilafah Utsmaniyyah. jabatan ini diperoleh karena kelantangannya menyuarakan pendapatnya di majelis local di Tokat. Kemudian, ia menjadi anggota darul Hikmah Al Islamiyyah. Yaitu sebuah institusi keilmuan islam yang dibentuk oleh Sultan Muhammad Risyad, 1918. Karena rekam jejaknya itulah, tidak salah khalifah Muhammad Wahidin II(1918-1922) mengangkat dirinya menjadi mufti Negara. Gelar syeikhul islam dan Afandi pun disematkan pada ulama yang selalu lantang menentang sekularisme ini. “Sekularisme itu adalah jalan terdekat kepada riddah (murtad)!”pekiknya. namun sayang arus sekularisme terlalu deras. Sehingga baru saja dua tahun menjabat mufti dan tengah gencar-gencarnya menyadarkan aparatur Negara untuk meninggalkan pemikiran kufur yang ingin memisahkan Negara dari islam, dirinya pun diasingkan, seiring dengan dijungkalkannya Muhammad Wahidin II dari jabatan khalifah. Syeikhul islam pun mengembara ke Yunani. Dari Yunani, dia pindah ke Mesir untuk menyebarluaskan seruannya. Kehadirannya telah membuat gusar golongan sekuler di Mesir. Oleh karena itu, Syeikhul Islam dengan teman-temannya dianggap mengancam Kemalis dan Revolusi Ataturk. Maka dirinya bersama sejumlah besar ulama dan tokoh masyarakat telah dihukum dengan berbagai undang-undang. Ada yang dihukum mati, dipenjara, dan ada juga yang diasingkan ke negeri lain seperti yang dialami Syeikhul Islam. Setelah Khilafah Utsmaniyyah runtuh pada 1924, si penghianat Mustafa Kamal Pasha laknatullah pun mendirikan Negara sekuler Turki. Syeikhul Islam bersama 150 orang lainnya diberi ampunan dan dipersilahkan pulang ke Turki. Namun Syeikhul Islam tidak mau menerimanya dan enggan pulang. Di mesir, Syeikhul Islam terus melakukan perlawanan terhadap pemikiran kufur. Penentangannya itu dibukukan pula olehnya dalam berbagai kitab berbahasa Arab dan Turki. Syeikhul Islam juga telah mengkritik tulisan beracun Profesor Ali Abdul Raziq yang menulis buku sokongan terhadap tindakan si pengkhianat laknatullah yang membubarkan Khilafah Islam, Al Islam wa Ushul Al Hukum. Syeikhul Islam meninggal dunia di Mesir pada tahun 1924. Kembali ke rahmatullah selepas perjuangan mempertahankan Islam dan berkata,”Tidak!” kepada segenap lapisan masyarakat yang sudah mabuk Kemalisme dan segala yang datang dari barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar