Selasa, 03 Desember 2013

ADA APA DENGAN KAMPUS ISLAMI?


Green kampus, kampus hijau atau Univesitas Muslim Indonesia yang merupakan kampus swasta terbesar di Indonesia timur, dimana kampus yang sangat identik dengan kampus islami. Begitu juga masyarakat kampusnya semuanya adalah kaum muslim. Lalu mengapa UMI hari ini dikenal dengan Demontrasinya yang anarkis, kericuhan, hingga pembunuhanpun hampir mengisi semua kerusuhan yang terjadi? Apakah ini semua terjadi secara kebetulan atau pantas kita sebut sebagai tradisi?.
Kita teringat dengan kasus kenaikan BBM yang membuat hampir semua mahasiswa kampus turun ke jalan untuk meyatakan tolak kenaikan BBM. Mahasiswa UMI tidak ketinggalan menurunkan massanya di sepanjang jembatan layang fly over sampai depan kantor Gubernur SULSEL. Demontrasi berlangsung selama empat hari higga membuat kampus UMI diliburkan untuk sementara. Saling lempar batu dengan aparat kepolisian, bentrok dengan warga sekitar UMI yang tidak setuju dengan sikap mahasiswa, bakar-bakar ban hingga membuat macet jalan mewarnai setiap kali terjadi Demo. Katanya Mahasiswa agent of change alias orang-orang yang menjadi agen perubah di tengah-tengah masyarakat, tapi mengapa kerjanya justru meresahkan masyarakat, apa yang mau dibanggakan oleh masyarakat kepada Mahasiswa UMI? Yang ada justru masyarakat meratakan masyarakat kampus UMI memiliki jiwa Demonstrasi yang sama, Siapa yang akan bertanggung jawab? Siapa yang patut disalahkan? Kampus yang salah? Rector? Dosen? Staf-staf kampus? Atau mahasiswa?. Kasat mata kita mungkin menjawabnya jelas Mahasiswalah tetapi tidak dipungkiri ada juga yang menjawab pembinanya alias dosennya sebagai orang yang senantiasa memberikan pengarahan kepada mahasiswa, ada juga yang mengatakan “Rektornyalah” secara dia sebagai direktur kampus yang notabene harusnya menggunakan wewenang kepemimpinannya untuk bersikap tegas. Jika seperti ini, apakah patut kita saling menyalahkan?
Kerusuhan yang terjadi di kampus UMI seakan drama tak berujung . Sejak pertempuran sengit antara mahasiswa dengan aparat keamanan atau kepolisian pada tahun 1996 yang kita kenal bersama hari Amarah atau April berdarah,  sepertinya membawa aroma kerusuhan ke tahun-tahun berikutnya. Akan selalu menjadi pertanyaan besar, apa yang menjadi permasalahan utamanya? Lalu, ada apa dengan aparat keamanan yang seharusnya mengamankan namun justru kadang menjadi lawan dari Mahasiswa? Ironis...Pembunuhan sudah menjadi hal biasa terjadi setiap ada kerusuhan baik itu terjadi di dalam kampus maupun di luar kampus. Nyawa sepertinya gampang hilang. Korban yang meninggal dari kerusuhan tentunya menjadi luka mendalam bagi keluarga-keluarga korban. Bukan hanya itu, rasa ingin balas demdam tentu tidak terbendung lagi dari teman-teman korban. Pembunuhan ini bisa saja menjadi kasus pembunuhan berantai yang tak berujung.
Kampus Islami yang seharusnya menjadi teladan bagi kampus lain hanyalah menjadi sebatas mimpi. Mahasiswa UMI yang setidaknya mampu membawa nama baik UMI misalnya di berbagai perlombaan antar kampus tidaklah menjadi perhitungan di mata masyarakat. Peran media menampilkan aksi-aksi Anarkis Mahasiswa UMI berhasil menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat. Curiga... ada apa dengan Media yang begitu antusias menampilkan aksi-aksi anarkis mahasiswa? Padahal ada juga ternyata aksi damai yang dilakukan oleh sebagian mahasiswa termasuk mahasiswa UMI namun tidak ditampilkan di media atau bahkan tidak samasekali. Tidak jarang UMI menjadi sorotan masyarakat maupun pihak-pihak dari kampus lain. Bagaimana tidak UMI populer dengan pesantren Darul Mukhlisin di Padang Lampe Pangkep yang notabene setiap mahasiswa baru akan dipesantrenkan selama 30 hari. Ada apa dengan Padang lampe? Mengapa pelajaran Islam yang diseduhkan kepada setiap diri-diri peserta pesantren tidak bertahan alias tidak mentajasad setelah kepulangannya dari Padanglampe?. Tidak perlu dipertanyakan lagi berapa kali pemberian materi agama kepada mahasiswa di setiap kelas-kelas, dan tidak hanya dikelas saja organisasi-organisasi maupun organda-organda tidak ketinggalan juga memberikan materi agama kepada kader-kedernya. Terus... apa yang tidak beres dari pelajaran agama yang diberikan?
Kerusuhan, pembunuhan maupun ketidakberesan yang terjadi di setiap kampus harusnya membuat kita membuka mata lebar-lebar. Apa yang tidak beres dengan diri-diri kaum pemuda hari ini? Bukankah pemuda memiliki peran sebagai agent of change dan tumpuan perubahan itu ada di pundak pemuda?
Sadar atau tidak sadar kita pantas mengatakan sistem pendidikan hari ini mengalami kerusakan parah. Pendidikan yang semakin mahal tidak lagi melahirkan generasi-genarasi berkualitas tetapi sebaliknya justru melahirkan generasi-generasi yang materialistik. Kapitalisme berhasil menyebarkan virus-virus pemikirannya ke otak-otak kaum pemuda Indonesia. Dari kecil kita dididik hanya untuk mencapai tingkat pendidikan yang setinggi-tingginya sampai bisa terjun ke dunia kerja. Belum lagi kita semakin dijauhkan dari Islam yang sesungguhnya. Islam hanya diajarkan seadanya alias hanya sebatas agama spiritual saja. Materi-materi agama Islam yang diseduhkan sejak dini hingga dewasa hanya berputar-putar pada itu-itu saja. Sehingga tidak heran kita menyaksikan anak-anak ketika dia tumbuh dewasa sangat cenderung membebek pada impor-impor orang barat atau orang kafir baik itu berupa makanan, hiburan maupun model berpakaian. Sementara ketika ditawarkan Islam sebagai aturan hidup maka hal demikian dianggap asing di mata mereka. Yang perlu dibenahi bagi diri-diri kaum pemuda hari ini adalah mengubah cara berpikir mereka dari cara berpikir kapitalistik menjadi cara berpikir islam. Ketika cara berpikir Islam telah dibangun dengan benar maka akan terbentuk pula pola sikap Islam yang selalu menjadikan Islam sebagai standar perbuatan. Dengan begitu seorang pemuda yang mengikuti jalur solusi Islam maka dia akan memiliki rem dalam berpikir dan berbuat. Pendidikan Islam harusnya yang dinomorstukan bagi pelajar-pelajar Muslim sehingga mampu mencetak generasi-generasi muslim yang berkualitas. 



                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar